Minggu, 13 Mei 2012

BBB (Bukan Baca Biasa)

Be u bu, de i di, budi. Haha, jadi teringat pada Budi. Masih ingat kah kalian pada Budi? Ya, Si Budi yang sudah mengajari kita membaca dahulu. Budi yang senantiasa mengenalkan keluarganya. Ini Bapak Budi, Ibu Budi, Adik Budi, pun Kakek Budi tak ketinggalan. Semoga Budi senantiasa sehat ya!

Itu tadi kenalan lama Saya, Budi. Sedikit banyak dia membantu Saya untuk paham bagaimana menyebut Ba ketika "b" bertemu dengan "a", melafal Ca tatkala "c" melekat pada "a", dan menggabungkan kedua suku kata tadi menjadi Baca. "Pinter anak Bunda!", teringat ekspresi bahagia Ibuku tercinta kala itu. Miss you Bunda...

Sejak kecil orangtua mengajarkan anaknya membaca. Atau setidaknya menginginkan anaknya lekas pandai membaca. Terpikirkan kah dulu betapa mulianya keinginan orangtua kita? Sebagian besar dari kita di masa itu secara naluriah pasti memilih bermain dibanding belajar membaca. Orangtua kita dengan sabar memaklumi, namun tak kehabisan akal untuk mengajari cara baca dengan menyajikannya dalam permainan supaya kita tertarik. Sedikit demi sedikit dan akhirnya Alhamdulillah. Saya bisa membaca, Bunda! 

Saya rasa tiada yang menafikkan manfaat luar biasa yang dapat digali dari membaca. Ingat ayat paling pertama yang Allah SWT turunkan ke muka bumi? Ya, IQRA! Yang dalam Bahasa Indonesia berarti Bacalah! Inilah perintah yang serta merta memberi pencerahan pada zaman jahiliyah itu, mengangkat umat manusia ke zaman yang terang benderang, dengan izin Allah tentunya.

Zaman jahiliyah telah berlalu amat lama. Tapi sadar atau tidak, bekas-bekas kebobrokannya masih ada hingga sekarang. Inilah ketika kita hanya menjalankan perintah "Iqra" dengan setengah hati. Ibarat berjalan dengan satu kaki, pincang, tak seimbang, dan salah-salah malah akan bikin jatuh saja.

Pertanyaannya sekarang, sudahkah Anda berjalan dengan dua kaki dalam menaati perintah "Iqra" dari Allah? Membaca bagi kita saat ini tidak cukup dengan bisa melafalkan Budi dan keluarganya dengan sempurna lagi. Membaca bagi kita saat ini tidak cukup tentang apa yang tersurat saja, tapi juga yang tersirat.

Al-Quran sendiri untuk menghayatinya tidak cukup dengan membacanya secara tersurat. Cara ini malah seringkali diselewengkan oleh sekutu setan dalam misinya menyesatkan umat manusia. Sekedar intelejensi sungguh tidak cukup sebagai pedoman dalam menafsirkan ayat-ayat indah Allah ini. Saya pernah mendapati teman yang terkenal cerdas di kelas namun tidak memiliki pedoman penafsiran Al-Quran dengan pEdEnya mencoba menafsirkan Kitabullah. Apa jadinya? Ngalor Ngidul! 

Setidaknya beberapa syarat seseorang dapat menjadi penafsir Al-Quran (Mufassirin) adalah 1.Memahami Bahasa Arab dan perkembangannya; 2.Sholih dan benar akidahnya; 3.Independen,bukan karena nafsu; 4.Memahami pokok-pokok ilmu Al-Quran; 5.Memulai penafsiran per-ayat; 6.Merujuk Hadits Rasul sebagai penjelas; 7.Merujuk pada ucapan Sahabat terdekat Rasul apabila tidak ditemukan hadits; 8.Jika tidak ditemukan juga ucapan Sahabat, merujuk pada imam dari kalangan Tabiin; 9.Memiliki daya pemahaman yang teliti dan utuh.

9 syarat begitu berat nampaknya bagi kaum awam seperti Kita (saya). Ya, memang berat karena memang tidak sembarangan juga Al-Quran dapat ditafsirkan. Mungkin sebagian dengan gamblang Allah sampaikan, dapat kita pahami dan langsung menerapkannya di kehidupan. Namun sebagian lain butuh penafsiran terlebih dahulu untuk dapat memahaminya. Lalu bagaimana kita harus bersikap menanggapi perintah "Iqra" dari Sang Khaliq jika menyuratkan ayat-ayat Allah terasa begitu berat untuk kita? Haruskah kita hanya bergantung pada para mufassirin? Tidak kah kita iri dengan pahala yang mereka dapat dengan memahami juga menyebarkan pemahaman bagi orang-orang disekitarnya?

Allah menciptakan alam semesta beserta isinya. Inilah jawaban dari kegusaran Kita di atas. Lewat alam yang nyata, yang kita lihat dengan mata, kita rasa lewat indera, lewat ciptaan sempurna inilah kita harus membaca. 

Lihat matahari yang terbit setiap hari, bacalah! Betapa luas kasih Allah pada kita dengan sinar penuh guna yang Ia beri setiap hari secara cuma-cuma. Saksikan langit yang begitu luas, tak bertiang, mengapa tak pernah jatuh? Bacalah! Rasakan angin, begitu syahdu, nikmat, dari mana asalnya? Bacalah!

Membaca ternyata bukan hanya sekedar menambah luas pengetahuan dan wawasan kita. Ketika kita mengamalkan secara sungguh-sungguh perintah "Iqra", saat itu keimana kita akan semakin kokoh, akidah kita akan menguat, hidup akan semakin bermakna, dan hati akan kian dekat pada Sang Maha Pencipta.

Sungguh luas nikmat Allah. Aku tentram cukup lewat satu dari ribuan ayat-Nya. Bagaimana denganmu? Bacalah!



0 komentar:

Posting Komentar

 

Catatan Sang Abi Copyright © 2012 -- Template created by .::Abirafdieef::. -- Powered by Blogger

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...